Minggu, 06 Mei 2012

Dongeng Dewi Sri

         DONGENG DATANGNYA DEWI SRI

    Saman dahulu kala, manusia di muka bumi belum banyak, mereka hidup berkelompok dan saling berpindah pindahan di hutan belantara. Tempat tinggal mereka dibuat dari dedaunan kayu. Bahan pangan mereka adalah tumbuh-tumbuhan, umbi-umbian, daging dan ikan. Saat itu mereka belum mengenal bercocok tanam, untuk memotong kayu atau menggali lubang, mereka menggunakan batu yang keras, dan untuk menghasilkan api mereka menggosokkan sesama ranting yang kering. Karena sudah banyak tahu kalau ikan itu enak dimasak, mereka memasaknya dengan cara memanggang, selain itu daging dan ikan dibungkus dengan daun pisang, kemudian dimasukkan ke dalam tanah, di atas tanah dinyalakan api, dan akhirnya makanan di dalam tanah itu akan menjadi masak. 

      Menurut hikayat di suatu daerah pulau Jawa di pegunungan, ada seorang yang bergelar Hyang Prabu Romo, siang hari mereka berkeliaran ke hutan belantara untuk mencari makan dan pada malam hari mereka kembali ke perkampungan mereka masing-masing.

    Sekali terjadi kebakaran, seluruh penduduk berusaha memadamkan api, tetapi api malah menjalar ke hutan belantara, Hyang Prabu Romo yang berada di tengah-tengah masyarakat berkata “jangan berhenti sebelum api dipadamkan”. Kalau hutan belantara musnah hewan akan mati, tumbuh-tumbuhan tidak ada lagi. Di dalam keadaan cemas nyaris, di atas asap dan lidah api ada puluhan wanita cantik melayang-layang di angkasa. Tempat yang dilewati mereka itu menurunkan hujang, lama kelamaan, hujan semakin lebar dan deras, seluruh api di hutan itu padam. Wanita-wanita itu lalu menuju ke puncak gunung. Hyang Prabu Romo berdiri di sebuah batu besar bekas termakan api dan dia berkata “Api telah padam hutan tidak musnah, mungkin yang menolong kita itu putri dari surga atau dewi dari kahyangan, kita harus percaya kepada sang maha pencipta, tetapi kemana putri-putri cantik itu?”, kita juga harus berterima kasih juga pada mereka barang kali mereka diutus oleh sang maha pencipta untuk menolong kita, lalu ada seorang wanita menghadap Hyang Prabu Romo dan memberi hormat, lalu dia berkata “jangan salah sangka dan salah duga, saya ini hanya manusia biasa seperti wanita di daerah ini yang diberi kesaktian oleh sang maha pencipta untuk menolong kalian semua, kemudian Hyang Prabu Romo bertanya “Siapa nama anda wahai gerangan ?” lalu wanita itu menjawab “orang memberi nama saya berbeda-beda, di daerah ini penduduk memberi nama saya Dewi. Hyang Prabu Romo pun kembali bertanya “Siapa nama anda wahai Dewi?” penduduk menamakanku Dewi Sri. Kebetulan saya berada di daerah ini, kami dipindahkan dari satu benoa ke benoa lain, terima kasih karena kamu telah menolong kami. Seharusnya saya yang harus berterima kasih kadap kalian karena telah berjuang sekuat tenaga dan bekerja keras untuk memadamkan api, lagi pula banyak hewan dan tumbuhan berterima kasih kepada kalian, sebagai ucapan terima kasih kita adakan makan bersama. Lalu penduduk kembali bertanya bagaimana kita bisa melakukannya. Untuk satu orang saja tidak cukup, apalagi untuk makan  bersama, lalu wanita itu menjawab “jika saya perintahkan untuk memejamkan mata, pejamkanlah, kemudian jika saya perintahkan untuk membuka mata maka bukalah mata kalian semua”. Wanita itu memerintahkan pejamkan mata, beberapa menit kemudian dia kemudian memerintahkan untuk membuka mata. Dihadapan penduduk tersaji nasi, mereka lalu makan dengan lahap, setelah selesai makan mereka heran karena mereka tidak pernah makan sekenyang ini. Wanita itu kembali berkata “itu yang dinamakan nasi berasal dari padi yang diolah menjadi nasi kemudian dimasak, karena sebagian hutan itu sudah terlanjur terbakar kita manfaatkan saja untuk menanam padi, kalian bersihkan dulu hutan itu, nanti saya beri bibit padi secukupnya untuk kalian. Malam hari Hyang Prabu Romo memerintahkan seluruh penduduk untuk bangun, penduduk lalu pergi ke hutan yang habis dibersihkan di tanah itu tersedia bibit padi. Penduduk bergotong royong untuk menanam bibit padi tersebut dan mengira bahwa bibit padi tersebut pemberian dari Dewi Sri.

       Hanya ini yang dapat saya sampaikan, kalau ada kata-kata yang salah saya mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kepada Allah saya mohon ampun.

       Akhir kata Wabillahi Taufik Wal Hidayah Wassalaamu alaikum wr.wb. selamat pagi dan salam sejahtera.

KESIMPULAN
Cerita ini adalah dongeng. Namun, sampai sekarang di banyak negeri, berbagai bangsa  menganggap bahwa padi adalah hadiah dari Dewi Sri kepada manusia, dan Dewi Sri senantiasa menjaga kelestariannya. Bila awal panen padi, banyak yang melakukan upacara tanda berterima kasih kepada Dewi pemberi dan penjaga padi itu.
Di Pulau Jawa orang menyebutnya Dewi Sri. Di Sumatera ada yang menamakannya Putri Dewi Sri, Putri Mayang Padi Mengurai atau Putri Sirumpun Emas Lestari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar